Sabtu, 14 November 2009

Tanggapan Seorang Ahli Ilmu Hikmah

Guna-guna adalah semacam aji pemikat hati. Aji ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang kurang percaya diri,frustasi, picik dan tak bertanggung jawab. Kurang percaya diri karena cintanya ditolak, Frustasi karena memang cintanya ditampik, picik karena menganggap dunia hanya selebar daun kelor. Tak bertanggung jawab karena hanya ingn melihat kekasihnya menderita melebihi yabg dia rasakan.
Terhadap orang yang demikian, sudah barang tentu kita tak bisa membiarkan. Memberi pelajaran yang sepadan kiranya adalah langkah yang cukup bijak.

Jumat, 13 November 2009

Kisah Trisula Karara Reksa

Disebutkan oleh para gaib yang berhubungan dengan Misteri, bahwa : "Pada tahun 2009 nanti saat kursi pemimpin negara Indonesia mulai diperebutkan, maka pada saat itu pula seluruh kekuatan dari benda bertuah akan menjadi prioritas utama. Namun, hanya ada satu pusaka pilih tanding yang sedang diburu oleh para normal sebagai raja dari semua pemimpin gaib. Pusaka tersebut adalah Trisula Karara Reksa".
Seperti apakah sesungguhnya yang disebut sebagai pusaka Trisula Karara Reksa. tersebut ??
Menyelusuri keberadaan pusaka yang satu ini memang tidaklah mudah, melainkan sebuah pekerjaan yang teramat sulit. Mengapa demikian ?? Sekedar informasi, pusaka ini memang berada di dasar Laut Kidul. Tepatnya di Istana agung Kanjeng Ibu Ratu Laut Kidul. Karena begitu istimewanya, Trisula Karara Reksa ditempatkan di dalam apa yang disebut sebagai "ruangan khusus tingkat ke lima."

Senin, 09 November 2009

Lukisan Kuno Penuh Misteri

Lukisan kuno di barat laut Kimberley,Australia mengejutkan banyak orang sekaligus membangkitkan keingintahuan. Lukisan itu berusia lebih dari 17.000 tahun, bahkan menurut sebagian ahli bisa berusia lebih dari 50.000 tahun. Diberi nama lukisan karang Bradshaw karena pertama kali ditemukan Joseph Bradshaw pada 1891 dalam ekspedisi di wilayah Kimberley.
Berapa usia peradaban suku asli Australia,Aborigin, masih merupakan misteri besar. Apakah mereka yang melukisnya ???? Orang-orang Aborigin percaya mereka telah berdiam di Australia sejak awal penciptaan bumi !!! Usia lukisan itu memperkirakan Aborigin lebih awal dari orang-orang Australia.
Aborigin dan lukisan Bradshaw jauh lebuh tua dari pyramid mesir dan lukisan gua paleolitik di Eropa. Jadi, siapa pelukis yang menggambar di dinding gua Australia tersebut ?? Apakah orang Aborigin atau mungkin "makhluk asing" yang berkemampuan seni tinggi ? Lukisan itu menunjukkan kultur tua dengan intelek tinggi yang pernah hidup di Kimberley, Australia.
Lukisan-Lukisan itu menggambarkan figur-figur aneh yang bersayap atau sedang terbang. Menurut legenda, lukisan-lukisan itu dibuat oleh burung. Katanya burung-burung ini mematuk dinding karang hingga mereka jatuh berdarah-darah dan kemudian menghasilkan lukisan-lukisan dengan ekor dan tinta darah mereka. Uniknya lukisan ini tidak menghasilkan sisa-sisa pigmen di permukaan karang, sehingga menyulitkan  menggunakan penanggalan karbon untuk mengetahui waktu pembuatannya.
Lukisan-lukisan ini merupakan sebuah kesempurnaan seni yang mengejutkan. Bahkan jauh melebihi lukisan-lukisan kuno lain yang pernah ada sebelumnya. Bahkan Bradshaw menklaim lukisan itu yang terbaik di permukaan bumi.

Sabtu, 07 November 2009

Hantu Noni Belanda Berkaki Kuda

Benteng Vredeburg Yokyakarta, yang dibangun Sri Sultan Hamengku Buwono I di tahun 1760 atas permintaan Gubernur Jendral Belanda WH. Van Ossenberch, kini telah beralih menjadi sebuah museum. Disamping itu, sering juga dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kesenian dan pemeran. Dengan begitu, bekas benteng VOC ini sehari-hari selalu ramai.
Walau begitu, benteng pertahanan yang awalnya bernama Rustenburg ini ternyata masih angker. Konon benteng tua ini dihuni hantu wanita bule berkaki seperti kuda. Bahakan terkadang juga muncul defile serdadu berseragam kompeni jaman dahulu. Konon, pasukan itu muncul tanpa kepala.
Parno, 45 tahun, penarik becak yang biasa mangkal di depan Pasar Beringharjo, pernah ditemui hantu noni cantik berkaki kuda itu sekitar 3 beberapa bulan yang lalu. Kejadiaannya di atas pukul 24.00 WIB. Ketika itu, warga Sewon Bantul ini merasa lelah menunggu penumpang dari pengunjung lesehan Malioboro.
Saat menjalankan becak perlahan-lahan di depan Benteng Vredeburg, dari arah gerbang benteng itu, muncul wanita cantik dengan gaun panjang. Nalurinya sebagai penarik becak langsung bekerja. Parno coba mendekati wanita bule cantik itu. Dia menawarkan jasanya.
"Saat wanita menyibakkan kakinya, ternyata berkaki kuda. Nyaris saja pingsan dibuatnya. Becak saya genjot cepat-cepat meninggalkan tempat itu sambil berteriak ketakutan," ceritanya.
Lain lagi Haryanto, warga Pakualaman, Yokyakarta. Saat itu dia mendapat tugas jaga stand pameran senirupa pada saat Festivai Kesenian Yokyakarta (FKY). Maklum saja karena pameran senirupa banyak lukisan yang mahal harganya, sehingga harus dijaga ekstra ketat agar tidak jadi sasaran maling.
Saat dini hari, dia melihat ada suara aneh dari beberapa bangunan di Benteng Vredeburg. Kemudian terdengar seperti pasukan yang lagi bersiap untuk berbaris dengan aba-aba bahasa belanda. Derap sepatu Belanda itu datang seperti mendekati tempatnya berjaga.

Rabu, 04 November 2009

Misteri Kapal Hantu “Orang Medan”

Di negeri nusantara  sebenarnya sudah sering kali terjadi kecelakaan laut yang mengakibatkan kapal karam dan para penumpang tenggelam. Namun, baru tahun 2006-2007 kita mengalami booming. Peristiwa naas di lautan terjadi berulang kali dan merenggut korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Salah satu contoh adalah kapal berlabel Senopati Nusantara yang tenggelam di Pulau Karimun Jawa yang menelan korban puluhan bahkan ratusan orang jumlahnya.
Menurut kepercayaan, kapal yang bernasib sial beserta korban jiwanya akan menjadi hantu laut. Tentu saja ini hanya kepercayaan yang sama sekali tidak mendasar. Namun yang menarik, seperti yang di ungkap Nigel Blundel dan Roger Boar dalam bukunya yang mengungkap kejadian ganjil akibat ulah ruh yang penasaran diberbagai penjuru dunia dalam The World’s Greatest Ghosts.
Dituturkan dalam salah satu bagian buku itu, selusin kapal menangkap pesan SOS yang bunyinya, “kapten dan semua perwira lainnya mati. Seluruh awak kapal mati atau sedang sekarat.” Kemudian disusul pula dengan kalimat ini, “sekarang saya sedang menghadapi ajal saya.” Kemudian lagi hubungan radio terputus.
Peristiwa magis dan tragis ini terjadi pada bulan februari 1948. Anehnya, diantara semua yang menangkap pesan yang aneh tadi, hanya satu saja yang dapat mengenali kapal yang sedang dalam kesukaran itu serta memastikan tempatnya.
Kapal itu adalah kapal pengangkut barang bernama “Orang Medan” yang menuju ke Jakarta melalui Selat Malaka. Dalam waktu 3 jam, kapal penolong pertama sudah berada disamping kapal “Orang Medan”.
Seorang awak kapal kemudian berkata ; "ikan-ikan hiu melanda di seluruh tubuh kapal dan tampaknya setiap hiu di Teluk Benggala telah datang dengan sendirinya, kerena mengetahui bahwa di atas kapal ada yang mati."
Ketika tanda-tanda bendera atau radio tak memperoleh tanggapan, kemudian dikirim sebuah perahu dan regu penolong untuk naik ke atas kapal. Mereka menemukan semua perwira berkumpul di ruang pesta, seolah-olah Kapten kapal telah memanggil mereka bermusyawarah untuk menghadapi suatu musibah yang tak diketahui. Mereka semua telah meninggal di situ.
Nampaknya mereka telah meninggal secara bergantian dengan selang beberapa detik. Mata mereka memandang dengan rasa takut dan tubuh mereka telah kaku akibat kematian. Beberapa diantara mereka menjulurkan lengannya ke atas. Para pelaut yang tersebar memenuhi geladak-geladak kapal, telah meninggal dengan cara yang sama.
Seorang dokter yang ikut serta dengan penolong kemudian melaporkan, bahwa tak ada tanda-tanda tentang terjadinya keracunan, kekurangan zat asam di dalam darah atau penyakit. Tetapi nampaknya semua mengetahui, kematian akan datang, termasuk anjing di kapal itu.

Minggu, 01 November 2009

Married Lord of the South Sea


"SEA-blue, sky blue, too. It's soothing, "said Iqbal (not her real name) in the liver. He lay down on the sand and his eyes look to and fro looking for Fatimah (a pseudonym) lover. But the search is still playing second wave with another couple. They were very cheerful and seemed happy with each other, spray until the spray their clothes wet. I wish Iqbal, Fatima accompany her to sit or lie on the sand beach.

Because Iqbal felt disappointed and somewhat mangkel, he then threw the body lay, closing his eyes staring dark sand beneath her. Widara beach umbrella in Purwokerto, Central Java, the more quiet afternoon visitors, especially the sun was almost drowned in the western horizon. While both couples teenage friend of Iqbal and Fatima was not satisfied playing the sea water. Still romp. And Iqbal was still fast asleep on the warm sand.

A faint sound azan from the coastal village sunset. Iqbal squirm from his sleep, but still lazy to get up. Suddenly he was startled to hear voices and noisy bustle of the surrounding noise. He tried to see with his eyes open a little the situation around him. But his friend was not seen again. Whether on where. Even more Surprising, she did not wake him.

Special sights that he saw as the rarely encountered in everyday life. Parade and the procession of soldiers dressed in period tempo kings once orderly and neatly lined up lengthwise. Suasanya lively and very noisy. Iqbal himself wanted to get up, but his body could not move. As if locked, all the joints stiff. His body was limp helpless. And the procession walked toward him.

Slowly, some leaders of the soldiers knelt beside the body of Iqbal. "Prince in waiting by the Queen and Princess Kanjeng. Why prince was sleeping lazily. Let's go. All that is here to meet and accompany the prince to the palace, "said a leader of soldiers.

Iqbal confusion, it wants to move and asked him but he could not do anything. Then wanted to curse, but it diurungkannya purpose. At that time the subordinate soldiers handed principality outfit. They wear the pants, shirts, kris, until the crown jewels, just like the Crown Prince. Or rather like a bride dressed men ready mempelawai married to a woman. Iqbal was surprised and suddenly his body trembling with fear when he saw the sea come from the golden carriage drawn by four white horses to the coachman a beautiful woman. "Please take the prince, train pickup has come," said the leader of soldiers.

The second soldier's arm guard Iqbal, and guided walk to the train. "Prince expected to close my eyes, so that quick trip to the destination," said the leader of soldiers. Iqbal felt into the sea, but still could not breathe. Marriage ritual Iqbal Prince and Princess Fatimah (the daughter's boyfriend was very similar Iqbal, like a nut cut in half) lasted two days and two nights. That feels weird, Iqbal did not feel sleepy, not hungry, not thirsty and not eke kepengin say anything. Does she know that on the third day he had to do duty as a husband and wife to mix in a shiny altar, witnessed by the royal family and in the presence of the queen.

This makes Iqbal could not do, because it embarrassed watching crowd. In addition, he could not accept the immoral treatment and did not meet the ethical. Iqbal took a breath, then closed his eyes as he called asthma accompanied by begging forgiveness of Allah. And unexpected unexpected jolt as the kingdom of tectonic earthquake which hit a high scale, Iqbal felt dizzy spin, and then lost consciousness.

Iqbal recovered consciousness after being treated at hospitals in Purwokerto Sukarjo Margono when tunggui by her boyfriend in the beautiful Fatima. Fatima shed tears emotion, because it met again with Iqbal after missing for 21 days.

Senin, 26 Oktober 2009

Sensasi Mistik di Situ Buleud


Pada 1820 kabupaten karawang dihidupkan kembali dengan wilayah meliputi tanah yang terletak disebelah timur Sungai Citarum/Cibeet sebelah barat Sungai Cipunagara. R.A.A. Surianata yang bergelar Dalem Santri dari bogor, yang memilih ibukota kabupaten di Winayasa adalah bupati pertama dari kabupaten Karawang yang waktu itu kembali dihidupkan.
Kemudian pada 1830, di masa pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata atau Dalem Shalawat, ibukota Kabupaten Karawang dipindahkan dari Wanayasa ke Sindang Kasih, dan selanjutnya diganti namanya menjadi Purwakarta, yang secara harfiah memiliki arti “purwa” adalah mulai sedang “karta” adalah aman.
Menurut catatan sejarah dan tutur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, pada masa itulah pembangunan untuk kelengkapan sarana dan prasarana sebuah kabupaten berjalan terus-menerus dan berkesinambungan. Dan salah satunya adalah dibangunnya Situ Buleud.
Pada Situ Buleud,selain menjadi tempat “pangguyangan” (berkubang) badak yang datang dari daerah Simpeureun dan Cikumpay, Situ Buleud juga menjadi tempat minum bagi berbagai jenis binatang lainnya. Karena khawatir airnya bakal surut, maka pada zaman Belanda, Situ Buleud diperluas dan acap dipergunakan untuk berbagai acara keramaian. Misalnya ulang Tahun Raja Belanda atau keramaian lainnya. Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa kala itu di tengah-tengah Situ Buleud didirikan panggung yang lumayan besar serta rerumputan yang tumbuh subur di tepiannya selalu terawat dengan apik dan asri.
“Pada zaman Belanda, rakyat atau inlander tidak boleh menginjak rumput yang ada di sekeliling Situ Buleud,” demikian ujar Pak Ukik,73 tahun, yang kebetulan sedang duduk mencangkung sambil memandangi Situ Buleud.
“Maklum,kala itu Situ Buleud dipakai sebagai tempat bermain atau mencari angin oleh para pembesar Beanda. Makanya, untuk menjaganya dipercayakan kepada seorang “opas” yang bernama Sahro lengkap dengan pentungan karetnya,” dia menambahkan.
“Yang saya herankan, dulu waktu Situ Buleud sering dipakai untuk berenang,tetapi tak pernah ada korban,” cetus Pak Ukik lagi.
Misteri kembali tercenung dan mencoba mencerna keterangan yang baru saja disampaikan oleh Pak Ukik. Misteri mencoba mencari tempat yang lebih tenang di tengah-tengah ingar bingar suara waria yang banyak berkeliaran di sekitar Situ Buleud. Maksudnya tak lain untuk berkontemplasi, agar dapat berhubungan dengan penunggu gaibnya.
Beruntung, Misteri mendapatkan tempat yang tepat. Setelah sejenak mengamalkan berbagai doa penjagaan diri dan membuka tabir alam gaib, tak berapa lama kemudian, di depan Misteri tampak sebuah istana yang teramat megah dengan penjaga sosok manusia berkepala singa, serta seorang lelaki berbadan kekar dan mata memerah saga, berjambang, berjanggut serta berkumis teramat lebat dan terkesan agak awut-awutan. Pria ini mengenakan pakaian ala jawara zaman lampau.
Pada gerbang istana, tampak relief bunga tanjung yang terbuat dari emas nan menyilaukan. Setelah Misteri uluk salam, hampir serempaknya membalas dan saling menyebutkan nama masing-masing. Ternyata, Misteri disambut oleh si Barong dan Mbah Jambrong. Keduanya langsung mempersilahkan Misteri untuk masuk ke pondopo yang teramat luas. Dan setelah sejenak berbasa-basi, dengan tegas Mbah Jambrong mengingatkan,”Anak muda, alam dan darma kita berbeda. Oleh Karena itu janganlah andika mencampuri urusan kami!”
Misteri pun menjawab,”nanda mohon maaf, tak sedikit pun ada niatan di hati untuk mengganggu ketenangan andika kecuali hanya ingin berkenalan semata. Lain tidak.”
“Kami telah menempati tempat ini jauh sebelum bangsa ananda dating ke sini. Dan ini adalah istana Raja dan Ratu kami. Dan yang perlu ananda ingat adalah, korban yang kami ambil adalah yang memang hak kami,” ungkap si Barong yang mampu membaca keinginan Misteri.
“Dan terkadang kami terpaksa maujud hanya untuk mengingatkan kepada mereka agar tidak berlaku sembrono di kawasan istana kami. Padahal dengan yang dulu, kami telah saling berjanji untuk tidak saling mengganggu. Makanya, kami pun tidak pernah meminta lebih.” Ujar Mbah Jambrong menambahkan.
Bak saling berjanji, akhirnya si Barong pun berkata,”bukan maksud kami mengusir ananda, tetapi karena kami berdua harus bertugas melanglang (melakukan perondaan-Red) maka kita sudahi dulu pertemuan ini. Dan lain kali, kami berdua berjanji akan mengajak ananda untuk melihat-lihat dan berkenalan dengan Raja dan Ratu kami.”
Dengan takzim, Misteri mengangguk dan menghaturkan salam. Seiring dengan itu, lenyaplah istana yang megah itu. Situ Buleud sendiri kini terkesan merana. Mata airnya tak ada dan hanya memiliki kedalaman sekitar 3 meter saja. Yang jelas, walau berada di tengah-tengah sarana olahraga, tetapi nuansa mistiknya seolah tak pernah lekang dimakan zaman. Sudah barang tentu, bagi yang mampu merasakannya saja.